Miryam Kasus E-KTP

Kamis kemarin di pengadilan Tipikor, Jakarta Pusat kembali menggelar sidang tentang kasus E-KTP, ini adalah sidang kelima dari agenda dan menghadirkan 7 saksi dan 3 penyidik KPK. Sidang ini menyelesaikan tentang sidang sebelumnya yang sempat booming dikarenakan Miryam S Haryani, sorang saksi kasus E-KTP yang namanya disebut oleh dakwaan KPK ini berhasil mencabut BAP atau Berita Acara Pemerimksaan pada sidang yang diadakan kemarin.

Miryammengaku bahwa kesaksiannya di BAP tersebut sangat dibawah tekanan dan mengatakan bahwa pesta pembagian uang di Komisi II DPR RI itu tidak pernah ada speerti yang pernah dikabarkan. Miryam adalah seorang politikus Hanura yang pernah menjabat sebagai anggota di Komisi II DPR periode 2009-2014 dan sudah terduga sebagai orang yang menerima suap senilau USD 23.000.

Nama Maryam sering kalia disebut oleh banyak orang sehingga ia diduga menjadi penagih uang kepada terdakwa 1 yaitu mantan Dirjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kemendagri Irman. Kemudian setelah itu mereka membagi bagi hasilnya kepada anggota kelompok Komisi II DPR termasuk 4 orang Ketua Komisi II DPR, 9 orang Ketua Fraksi Komisi II DPR, hingga sampai puluhan anggota Komisi II DPR.

Anehnya semua kesaksian tersebut dibantah oleh Miryam dalam sidang kasus E-KTP tersebut, sehingga kemanakah miliaran uang negara ?

Pengadilan sudah menghadirkan beberapa penyidik KPK yang namanya sudah disebutkan oleh Miryam, ketiga penyidik tersebut adalah Novel Baswedan, Damanik, dan Irwan. Sempat beberapa waktu lalu pihak KPK mengatakan bahwa tidak ada tekanan pada saat sedang memeriksa Miryam sebagai saksi aliran dana pada kasus E-KTP. Pihak KPK juga berani buka suara disidang bahwa tidak ada tekanan pada saat pemeriksaan tersebut.

Selain saksi saksi yang sudah didatangkan oleh pengadilan tersebut, pihak pengadilan juga sudah menjadwalkan memanggil 6 saksi lainnya pada saati sidang E-KTP mendatang, saksi saki tersebut adalah Ganjar Pranowo, Khatibul Umam Wiranu, Agus W Martowardoyo, Agun Gunandjar Sudarso, Moh Jafar Hafsah dan Diah Hasanah.